RATIONAL EMOTIVE THERAPY
Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai
dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Albert Ellis, seorang Doktor dan
Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga
seorang Neo Freudian. Teori ini dikembangkanya ketika Ia dalam praktek terapi
mendapatkan bahwa sistem psikoanalisis ini mempunyai kelemahan-kelemahan secara
teoritis (Ellis, 1974).
Teori Rasional Emotif ini merupakan sintesis baru dari
Behavior Therapy yang klasik (termasuk Skinnerian Reinforcement dan Wolpein
Systematic Desensitization). Oleh karena itu Ellis menyebut terapi ini sebagai
Cognitive Behavior Therapy atau Comprehensive Therapy.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
Konsep ini merupakan sebuah aliran baru dari Psikoterapi Humanistik yang berakar pada filsafat eksistensialisme yang dipelopori oleh Kierkegaard, Nietzsche, Buber, Heidegger, Jaspers dan Marleu Ponty, yang kemudian dilanjutkan dalam bentuk eksistensialisme terapan dalam Psikologi dan Psikoterapi, yang lebih dikenal sebagai Psikologi Humanistik.
Konsep-Konsep
Utama
Terapi rasional emotif (TRE) adalah
aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan
potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional
dan jahat. Manusia
memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia,
berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh
dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki
kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran,
berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan,
takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan
dan aktualisasi diri.
Terapi rasional emotif menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi
potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan
masyarakat. Manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan
pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan
kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang
diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain.
TRE menekankan bahwa manusia
berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan. Jarang manusia beremosi
tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas
suatu situasi yang spesifik.
Menurut Allbert Ellis, manusia bukanlah makhluk yang
sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia
melihat individu sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami
keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai
dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak,
dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri sendiri. Sebagai
akibatnya, mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah
laku di masa lampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan
dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau yang
pasif.
TRE dimulai dengan ABC:
A: Activating
experiences atau pengalaman-pengalaman
pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan,
trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penyebab
ketidak bahagiaan.
B: Beliefs,
yaitu keyakinan-keyakinan, terutama
yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan
kita.
C: Consequence,
yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa
gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena
depresi yang bersumber dari keyakinan-keyakinan kita yang keliru.
Sebuah pernyataan yang humanis dari Albert Ellis “Acceptance
is not love. You love a person because he or she has lovable traits, but you
accept everybody just be cause they're alive and human” (Penerimaan bukan cinta. Anda
mencintai seseorang karena dia memiliki sifat menyenangkan, tapi Anda menerima
semua orang hanya karena mereka hidup dan manusia).
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian
Albert Ellis, dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Ada tiga pilar yang membangun tingkah laku
individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep
atau teori ABC.
Antecedent event (A)
yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa
fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu
keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
Belief
(B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational
belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief
atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan
yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan
yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang
salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence
(C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam
bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent
event (A).
Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh
beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang
iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC
ini. Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan
irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E)
psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Albert Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia
memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam
ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk
pernyataan-pernyataan absolut.
Dalam menjelaskan teorinya tentang Rasional Emotif terapi,
Albert Ellis mempunyai pendekatan sebagai berikut:
·
Teori
TRE mementingkan tiga aspek utama yaitu kognitif, emosi dan aspek tingkah laku.
·
Memberi
penekanan kepada pemikiran,penganalisaan, penilaian, perlakuan dan membuat
keputusan.
·
Pendekatan
teori ini bercorak deduktif atau mengajar, mengarah dan mengutamakan kepada
pemikiran daripada kepercayaan yang tidak rasional.
·
Kepercayaan
ini perlu dicabar dan diperbetulkan supaya dapat mewujudkan sistem kepercayaan
yang baik dan rasional.
·
Prinsip
terapi TRE boleh digunakan kepada masalah sekarang, masalah yang lain dalam
kehidupan dan juga masalah yang mungkin dihadapi pada masa akan datang.
·
Fokus
prinsip ini adalah kepada pemikirandan tindakan, bukan hanya mengikuti
perasaan.
·
Terapi
ini dianggap sebagai satu proses pembelajaran kerana fungsi konselor yang
berbeda-beda.
·
Teori
Ellis ini berasaskan bahwa individu-individu mempunyai usaha untuk bertindak
sama dan dalam bentuk rasional maupun tidak rasional.
ULFAH
QADRIANI DWIPUTRI
3PA02-18510319
PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
SUMBER :
(Corey,
Gerald. 1999. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama., Surya Mohammad. Dasar-dasar Konseling Pendidikan (Konsep dan Teori).
Kota Kembang: Yogyakarta ,1988.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar