Senin, 08 April 2013

PERSON CENTERED THERAPY

Person Centered Therapy


Carl Roger merupakan tokoh Teori Kepribadian Humanistik, Ia Lahir di Illinois (1902 – 1988) Ia adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat. sejak kecil Ia menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori Humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy.
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat keputusan.

Konstruk Kepribadian Menurut Carl Rogers
1       Organisme
Organisme yaitu makhluk fisik (physical Creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis, organisme ini merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri, dan juga di dunia luar (external world). Totalitas pengalaman, baik yang disadari maupun tidak, membangun medan fenomenal (phenomenal field).
2.      Self
Self merupakan konstruk utama dalam Teori Kepribadian Rogers, yang saat ini dikenal dengan Self Concept (konsep diri), Roger mengartikannya sebagai presepsi tentang karakteristik “I” atau “me” dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut. Diartikan juga sebagai keyakinan “keyakinan tentang kenyataan, keunikan dan kualitas tingkah laku diri sendiri”. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri, seperti “Saya cantik” dan “Saya seorang pelajar yang rajin”.
Hubungan antara self concept dengan organisme (actual experience) terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu “Congruance” atau “Incongruance”. Kedua kemungkinan hubungan ini menentukan perkembangan kematangan penyesuaian (adjustment) dan kesehatan mental (mental health) seseorang. Sebagaimana ahli Humanistik umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.

Hakikat Manusia Menurut Roger
1.      Hakikat Dasar Manusia
·         Manusia pada dasarnya baik dan penuh dengan kepositifan
·         Manusia mempunyai kemampuan untuk membimbing, mengatur dan mengontrol dirinya sendiri
·         Manusia pada dasarnya aktif, bukan pasif
·         Setiap individu dlm dirinya terdapat motor penggerak : terbuka pd pengalaman diri, percaya pd diri sendiri
·         Manusia berkembang menuju aktualisasi diri
2.      Pribadi yang sehat
·         Mempercayai diri sendiri
·         Terbuka terhadap pengalaman
·         Evaluasi kriteria internal
·         Kemauan untuk menjalani proses
·         Adanya keselarasan atau kongruensi antara organisme, ideal self, dan self concept
3.      Pribadi yang tidak sehat
·         Pribadi tidak sehat adalah pribadi yang inkongruensi atau tidak kongruen antara ideal self, self concept, dan organism
·         Kesenjangan antara ideal self dan self concept, jika hal ini terjadi akan menimbulkan khayalan tinggi
·         Kesenjangan antara self concept dan organisme, sehingga dapat menimbulkan perasaan rendah diri (minder)
·         Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya secara objektif
·         Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya,
·         Tidak mampu menggunakan semua pengalaman
·         Tidak mampu mengembangkan dirinya kearah aktualisasi diri

Perkembangan Pendekatan Terhadap Terapi
Pendekatan Rogers terhadap terapi dan model kepribadian sehat yang dihasilkan,memberikan suatu gambaran tentang kodrat manusia yang disanjung-sanjung dan optimis. Tema pokoknya adalah seseorang harus bersandar pada pengalamanya sendiri tentang dunia karena hanya itulah kenyataan yang diketahui oleh seorang individu.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan yang akan dilakukan oleh klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya.
Perkembangan pendekatan client-centered disertai peralihan dari penekanan pada teknik terapi kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan dan sikap ahli terapi, serta pada hubungan terapeutik.

Hart (1970) membagi perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode :
1. Psikoterapi non-direktif (1940-1950)
Psikoterapi non-direktif dikembangkan pada tahun 1940-an sebagai reaksi melawan konseling psikoanalisis. DalamPsikoterapi ini, peran therapist hanya menunjukkan kondisi permisif penerimaan (tidak banyak teknik yang digunakan). Pendekatan ini menekankan pada penciptaan iklim permisif dan non-interventif.Pada periode ini, ahli terapi secara nyata menghindarkan diri dari interaksi dengan klien.Ahli terapi berfungsi sebagai penjernih, tetapi tidak menampilkan kepribadiannya sendiri. Saat ini, terapi client-centered mengandalkan dorongan pertumbuhan bawaan klien, dimana klien akan mencapai pemahaman atas dirinya dan situasi kehidupannya.
2. Client Centered (1950-1961)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1950an. Psikoterapiini menaruh kepercayaan dan meminta tanggungjawab yang lebih besar kepada terapist dalam menangani permasalahan (berpusat pada konseli). merefleksikan perasaan klien, bekerjasama menyelaraskan self, Pada periode ini, terapi beralih dari penekanan pada kognitif kepada klarifikasi, yang mengarah pada pemahaman. Ahli terapi terutama merefleksikan perasan-perasaan klien dan menghindari ancaman dalam hubungan dengan kliennya.Peran ahli terapi dirumuskan ulang, penekanan diperbesar pada tanggapan ahli terapi pada perasaan pasien.Ahli terapi merefleksikan perasaan yang semata-mata menjelaskan komentar-komentar klien.Untuk menunjang reorganisasi konsep diri klien, ahli terapi bertugas menghilangkan sumber ancaman dari hubungan terapeutik dan berfungsi sebagai cermin sehingga klien dapat memahami dunianya sendiri dengan lebih baik, dan mampu mengembangkan keselarasan antara konsep dirinya saat ini dengan konsep diri yang ideal.Sekalipun demikian, ahli terapi sebagai pribadi tetap tidak ditampakkan.Teknik utama: refleksi.
3. Person Centered (1961- sekarang)
Psikoterapi ini berkembang pada tahun 1960an, psikoterapi ini menekankan bahwa prinsip terapi ini tidak hanya diterapakan dalam proses terapi tetapi prinsip-prinsip terapi ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Titik berat : meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, terapist lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan.Terapist lebih mengutamakan sikapnya daripada pengetahuan dan penguasaan teknik teknik terapi konseling.Terapi person-centered menitikberatkan kondisi-kondisi tertentu yang “diperlukan dan memadai” bagi kelangsungan perubahan kperibadian. Periode ini memperkenalkan unsure-unsur penting dari sikap-sikap terapis, yakni keselarasan, pandangan dan penerimaan positif, dan pengertian yang empatik sebagai prasyarat bagi terapi yang efektif. Kemudian, focus dialihkan dari refleksi terapis atas perasaan-perasaan klien kpeada tindakan terapis mengungkapkan perasaan-perasaan langsungnya sendiri dalam hubungan dengan klien. Rumusan yang mutakhir memberikan tempat pada lingkup yang lebih luas dan keluwesan yang lebih besar dari tingkah laku terapis, mencakup pengungkapan-pengungkapan atau pendapat-pendapat, perasaan-perasaan dan sebagainya yang pada periode sebelumnya tidak diharapkan muncul.
Latar Belakang Person-Centered
Model terapi berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Terapi person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap terapi psychoanalytic. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya terapi untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan klien, bukan terapi, sebagai pusat terapi. Falsafah dan Asumsi Dasar Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning). Asumsi dasarnya adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian terapist, klien mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan self-awareness.

Konsep-konsep dasar Terapi Person-Centered
1.      Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
2.      Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
3.      Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
4.  Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
5.      Konsep dasar pandangan tentang manusia
6.      Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai bmemiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan

Tujuan Terapi Person-Centered
Tujuan psikoterapi adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan terapi sedemikian sehingga terapist, dengan menggunakan hubungan terapii untuk person-centered, dapat menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Terapi cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi. Terapi ini diharapakan mampu meningkatan harga diri dan keterbukaan yang lebih besar untuk menangani masalah. Beberapa perubahan terkait bahwa bentuk terapi berusaha untuk mendorong pada klien termasuk kesepakatan yang lebih erat antara diri klien ideal dan aktual, lebih baik pemahaman diri; tingkat lebih rendah dari pembelaan diri, rasa bersalah, dan ketidakamanan; hubungan yang lebih positif dan nyaman dengan orang lain, dan peningkatan kapasitas untuk mengalami dan mengekspresikan perasaan pada saat itu terjadi.

Tujuan umum :
§ Meningkatkan derajat independensi (kemandirian) dan integrasi yang mengarah pada aktualisasi diri,
Tujuan khusus meliputi:
§Memberi kesempatan dan kebebasan pada individu untuk mengkspresikan perasaaan –perasaannya, berkembang dan terealisasi potensinya.
§ Membanntu individu untuk makin mampu berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri.
§ Membantu individu dalam perubahan dan pertumbuhan.

Peran dan Fungsi Terapist pada pendekatan Person Centered
Peran Terapist pada proses terapi adalah :
üTerapis  tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan terapi tetapi itu dilakukan oleh klien sendiri.
ü  Terapis merefleksikan perasaan-perasaan klien sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
ü  Terapis menerima individu dengan sepenuhnya dalam keadaan atau kenyataan yang bagaimanapun.
ü  Terapis memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.

Fungsi Terapis pada proses Terapi adalah :
Secara garis besar terapist berfungsi sebagai instrument untuk membantu klien terhadap terciptanya perubahan perilaku. Adapun sikap terapist sebagai instrument dalam proses terapi meliputi kongruen/genuine/otentik, penghargaan tanpa syarat (uncounditional positif regard), dan pemahaman secara empati (empathic understanding)

 Kelebihan pendekatan Person-Centered
1.      Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis.
2.      Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.      Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
4.      Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.      Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi.
6.      Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis.
7.      Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
8.      Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi.

Kekurangan Pekdekatan Person Centered
1.      Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
2.      Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
3.   Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
4.      Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya.
5.      Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
6.    Tetapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup.
7.      Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah.
8.      Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya.


 SUMBER:
 http://janokogalls.blogspot.com/2011/12/person-centered-by-carl-roger.html 



ULFAH QADRIANI DWIPUTRI
3PA02-18510319
PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar