Rabu, 22 Januari 2014

Sistem Informasi Psikologi



Mata Kuliah  : Sistem Informasi Psikologi
Topik              : Psikologi Kepribadian
Judul              : Obsessive Compulsive Personality Disorder
Anggota          : 4PA02
Filda Oktami              12510780
                        Jagat Al Habsyi B.    13510701
                        Mifta Rachmawati    14510391
Rully Fauzian            16510277
                        Ulfah Qadriani D.     18510319
                        Yudi Hafisema           19510184














Psikologi Kepribadian

Pengertian:
Psikologi Kepribadian dirumuskan sebagai psikologi yang membahas kepribadian artinya yang dipelajari adalah seluruh pribadinya, bukan hanya pikirannya, perasaannya, dan sebagainya, melainkan secara keseluruhannya, sebagai panduan antara jasmani dan rohani.
Markam (dalam Ardani, 2010) mengatakan Psikologi Kepribadian tidak akan terlepas dari Psikologi Klinis.

Kegiatan Utama:
Mempelajari mengapa dan bagaimana seseorang bisa berbeda dengan orang lainnya, dan bagaimana perbedaan itu dapat dinilai (Davidoff, 1988).

Obsessive Compulsive Personality Disorder

-            Perilaku berulang-ulang dan terus-menerus dan atau tindakan mental yang individu merasa didorong untuk melakukan dalam menanggapi pikiran:
Gangguan kecemasan dimana pikiran dipenuhi dengan pemikiran yang menetap dan tidak dapat dikendalikan dan individu dipaksa untuk terus-menerus mengulang tindakan tertentu, menyebabkan distress yang signifikan dan menganggu keberfungsian sehari-hari.
-            Cognitive Behavioral Therapy:
Proses belajar memperbaiki dan mempertahankan perilaku atau perubahan dalam berpikir. Terapi ini efektif menurunkan rasa cemas dan hilang secara bertahap atau perlahan kebiasaan-kebiasaan tersebut dan melatih pernafasan, relaksasi, dan manajemen stres.
-            Farmakologi:
Pemberian obat-obatan medis secara bersamaan dalam masa perawatan. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater dan harus melalui kontrol yang ketat.
-            Penyebab:
-        Keturunan:
Mereka yang mempunyai anggota keluarga yang mempunyai “sejarah” penyakit ini dan kemungkinan berisiko mengalami.
-        Kepribadian:
Mereka yang mempunyai kepribadian obsesif lebih cenderung mendapat gangguan. Ciri-ciri mereka yang memiliki kepribadian ini ialah seperti keterlaluan mementingkan aspek kebersihan, seseorang yang terlalu patuh pada peraturan, cerewet, sulit bekerja sama, dan tidak mudah mengalah.
-        Kecemasan:
Mempunyai riwayat kecemasan sebelumnya, jika menderita mereka akan sering kali menunjukkannya.

DATA FLOW DIAGRAM

Pengertian:
Representasi grafis dari aliran data melalui sistem informasi dan memungkinkan memvisualisasikan bagaimana sistem beroperasi, apa sistem menyelesaikan dan bagaimana itu akan dilaksanakan, bila disempurnakan dengan spesifikasi lebih lanjut.
Data Flow Diagram dapat digunakan untuk membangun pemodelan proses bisnis dan harus melaksanakan dan interaksi antara fungsi-fungsi bersama dengan berfokus pada pertukaran data antara proses dan saling berkaitan.

Simbol:
Persegi Panjang / Rectangle    : Entitas dan Penyimpanan Data
Lingkaran / Oval                     : Proses
Arah panah / Arrow                : Aliran Data

Penjelasan PowerPoint DFD:
-            Subjek sebagai Entitas akan masuk ke Psikologi Kepribadian sebagai suatu Proses, dan Goal sebagai Entitas merupakan hasil dari Proses.
-            Subjek akan Login maupun Logout nantinya akan mengisi data yang diperlukan yaitu; Inisial, Jenis Kelamin, Usia, Pekerjaan, dan Keluhan, hal tersebut akan masuk ke proses Sistem Registrasi dan Data Base.
-            Kemudian dilakukan Verifikasi sebelum masuk ke Proses Psikologi Kepribadian yaitu; melakukan konsultasi untuk mengetahui Gejalanya, Ciri-ciri, Penyebab, Penanganan, dan Tritmen, dan semua Proses tersebut akan masuk ke dalam Data Base.
-            Setelah Proses selesai dilakukan, akan menghasilkan sebuah Laporan yang berguna untuk Goal dimana terdapat info mengenai klien yaitu; apakah sudah Sembuh, apakah perlu dilakukan Diagnosa Ulang, atau Rujukan ke Psikolog lain, dan hasil tersebut akan masuk ke Data Base.
-            Jika terjadi Rujukan, maka Subjek akan mengikuti alur diatas dan melakukan Proses Konsultasi ke Psikolog, yang diikuti Proses Administrasi, seperti melakukan pembayaran, Tanggal Order, maupun Tanggal Bayar, dan tentunya Proses-proses tersebut akan disimpan ke dalam Data Base.

ENTITY RELATIONSHIP DIAGRAM

Pengertian:
Merupakan abstrak dan konseptual representasi data. Salah satu metode pemodelan basis data yang digunakan untuk menghasilkan skema konseptual untuk jenis atau model data semantik sistem, dimana sistem seringkali memiliki basis data relasional atau hubungan.

Simbol:
Prisma / Diamond       : Menunjukkan adanya hubungan diantara sejumlah entitas yang berasal dari himpunan yang berbeda.

Penjelasan PowerPoint ERD:
Subjek akan Memilih Psikolog sebagai bentuk dari hubungan didalam sistem Entity Relationship Diagram, kemudian melakukan Konsultasi, dan Proses tersebut akan masuk kedalam sistem Data Base.

Sekian dan Terima Kasih :*

Minggu, 14 April 2013

BEHAVIOR THERAPY



BEHAVIOR THERAPY

Konsep Dasar
Konsep dasar yang dipakai oleh Behavior Therapy adalah belajar. Belajar yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan karena kematangan. Teori Belajar yang dipakai dalam pendekatan ini sebagai aplikasi dari percobaan-percobaan tingkah laku dalaam laboratorium.
Manusia merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar :
1.      Pembiasaan klasik
2.      Pembiasaan operan
3.      Peniruan.
Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidakpuasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Adapun karakteristik konseling behavioral adalah :
1.      berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik
2.      Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling
3.      Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
4.      Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.

Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan. Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar

Tujuan Konseling
1.      Menghapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien
2.      Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik :
a)      diinginkan oleh klien
b)      konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut
c)      klien dapat mencapai tujuan tersebut
d)     dirumuskan secara spesifik
3.      Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.

Deskripsi Proses Konseling
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
1)      Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
2)      Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3)      Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

Deskripsi langkah-langkah konseling :
1)      Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2)      Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a)      Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b)      Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling
c)      Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
·         apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien;
·         apakah tujuan itu realistis
·         kemungkinan manfaatnya;
·         kemungkinan kerugiannya

Konselor dan klien membuat keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
  1. Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
  2. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
  3. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.

Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
§  Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.
§  Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.
§  Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
§  Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).
§  Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.

Teknik-teknik Konseling Behavioral
Latihan Asertif
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.

Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.

Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.

Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Covert Sensitization
Teknik ini dapat digunakan untuk merawat tingkah laku yang menyenangkan klien tapi menyimpang, seperti homosex, alcoholism. Caranya: Belajar rileks dan diminta membayangkan tingkah laku yang disenangi itu. Kemudian di saat itu diminta membayangkan sesuatu yang tidak menyenangkan dirinya. Misalnya, seorang peminum, sambil rileks diminta untuk membayangkan minuman keras. Di saat gelas hamper menyentuh bibirnya, diminta untuk membayangkan rasa muak dan ingin muntah. Hal ini diminta berulangkali dilakukan, hingga hilang tingkah laku peminumnya.

Thought Stopping
Teknik ini dapat digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya klien disuruh menutup matanya dan membayangkan dirinya sedang mengatakan sesuatu yang mengganggu dirinya, misalnya membayangkan dirinya berkata “saya jahat!”. Jika klien memberi tanda sedang membayangkan yang dicemaskannya (ia berkata pada dirinya: “saya jahat!”), terpis segera berteriak dengan nyaring : “berhenti!”. Pikiran yang tidak karuan itu segera diganti oleh teriakan terapis. Klien diminta berulang kali melakukan latihan ini, hingga dirinya sendiri sanggup menghentikan pikiran yang mengganggunya itu.


ULFAH QADRIANI DWIPUTRI
3PA02-18510319
PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS GUNADARMA

SUMBER :
(Akhmad Sudratajat. 2008. Pendekatan Konseling Behavioral, DYP Sugiharto, Dr. , M.Pd. Pendekatan-Pendekatan Konseling., Sayekti Pujosuwarno, Dr, M.Pd. 1993. Berbagai Pendekatan dalam Konseling. Menara Mas Offset)