Jumat, 22 Maret 2013

TERAPI PSIKOANALISA

Terapi psikoanalitik merupakan sumbangsih paling berharga dari seorang Sigmund Freud terhadap psikoterapi modern. Walaupun gagasan-gagasan mengenai teorinya lebih bersifat subjektif daripada ilmiah, tak menghalangi Freud untuk masuk ke dalam deretan tokoh paling berpengaruh dalam sejarah via Michael H. Hart. Ini membuktikan bahwa, dari ketidakilmiahan teorinya, masih ada sedikit kebenaran yang dapat diambil, setidaknya menjadi bahan renungan bagi kita yang hidup tak semasa dengannya.

Definisi 
Terapi psikoanalitik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “psikoanalitik”. Secara eksplisit, “terapi” dalam psikologi berarti perawatan masalah-malah tingkah laku. Sedangkan “psikoanalitik” merujuk pada metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.

Konsep-konsep Utama Terapi Psikoanalisis/Psikoanalisa
1. Struktur Kepribadian
-id
-ego
-superego
2. Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik.
3. Kesadaran dan Ketidaksadaran
Konsep ketidaksadaran mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik, salah ucap atau lupa terhadap nama yang dikenal, sugesti pascahipnotik, bahan-bahan yang berasal dari tekhnik asosiasi bebas, bahan-bahan yang berasal dari tekhnik proyektif.
4. Kecemasan
Suatu keadaan yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu yang berfungsi untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya.

Tujuan
-Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien.
-Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.

Fungsi dan Peran Terapis
Terapis/analis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis/analis.
Peran terapis:
  • membantu klien dalam mencapai kesadaran diri kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis,
  • membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan,
  • terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien,
  • mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentaengan pada cerita klin.
Metode yang digunakan dalam terapi psikoanalisa


1. Hipnotis
Awal kemunculan hipnotis diperkirakan sekitar tahun 1700-an, ketika itu, seorang dokter Wina bernama Franz Anton Mesmer memperlihatkan suatu teknik animal magnetism, tapi kemudian berubah menjadi hipnotisme karena penekanan dari teknik tersebut dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal. Pada abad ke-19, Jean-Martin Charcot, seorang dokter Prancis yang hidup sekitar tahun 1825-1893 itu melihat hipnotis sebagai cara untuk membantu orang-orang supaya menjadi santai. Pada tahun yang tidak diketahui, di Paris, Charcot melakukan eksperimen dengan menggunakan hipnotis untuk menangani hysteria, yaitu suatu kondisi di mana seseorang mengalami kelumpuhan atau mati rasa yang tidak dapat dijelaskan oleh pelbagai macam penyebab fisik.

2. Asosiasi Bebas
Free Association, buku karangan Bollas (2002) yang kemudian dialihbahasakan  ke dalam bahasa Indonesia oleh Winarno (2003) menjadi ‘Asosiasi Bebas’ merupakan acuan utama dalam menjabarkan hal ihwal asosiasi bebasnya Freud. Dalam buku setebal seratus halaman tersebut, asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.


 


3. Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau  muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.

4. Transferensi
Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.

5. Penafsiran
Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, berbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.



Sumber :
indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/21332/TERAPI+PSIKOANALISIS.doc
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2010/12/27/terapi-psikoanalitik/

Sumber Gambar :
http://4jipurnomo.wordpress.com/psikoterapi/


Ulfah Qadriani Dwiputri
3PA02-18510319
Psikoterapi
Universitas Gunadarma





Tidak ada komentar:

Posting Komentar